Beranda | Artikel
Tsalatsatul Ushul: Mentauhidkan Allah dan Hanifiyah
Rabu, 31 Oktober 2018

Prinsip Ajaran Islam adalah mentauhidkan Allah dan mengikuti ajaran Nabi Ibrahim yang Hanifiyyah.

 

Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dalam Tsalatsah Al-Ushul berkata,

اعْلَمْ أَرْشَدَكَ اللهُ لِطَاعَتِهِ أَنَّ الْحَنِيفِيَّةَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَحْدَهُ مُخْلِصًا لَهُ الدين.

وَبِذَلِكَ أَمَرَ اللهُ جَمِيعَ النَّاسِ وَخَلَقَهُمْ لَهَا، كَمَا قَالَ تَعَالَى: {وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ}

وَمَعْنَى يَعْبُدُوْنِ يُوَحِّدُوْنِي

Ketahuilah–semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membimbingmu untuk mentaati-Nya–bahwa agama Ibrahim yang hanif adalah engkau menyembah Allah semata dan memurnikan ketaatan kepada-Nya, demikian itu yang diperintahkan Allah kepada seluruh manusia dan tujuan diciptakannya mereka. Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ﴾

Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Makna (يَعْبُدُوْنِ) “menyembah-Ku” adalah (يُوَحِّدُوْنِ) “mentauhidkan-Ku”.

Kita Disuruh Meneladani Nabi Ibrahim

 

Ibrahim adalah bapak para nabi. Nabi Ibrahim itu berprinsip untuk mentauhidkan Allah dan kita disuruh untuk meneladani beliau. Dalam ayat disebutkan,

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗوَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.” (QS. An-Nisa’: 125)

 

Ajaran Hanifiyyah

 

Ajaran Hanifiyyah adalah menyembah Allah semata, mengikhlaskan ibadah kepada-Nya.

Pengertian ibadah ada dua:

  1. Pengertian umum, ibadah adalah rasa tunduk kepada Allah dengan penuh kecintaan dan pengagungan dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan mengikuti syariat-Nya.
  2. Pengertian khusus, ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala hal yang Allah cintai dan Allah ridhai berupa perkataan, amalan lahiriyah, dan amalan batin. Pengertian ini seperti dikemukakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Ajaran Ibrahim adalah memurnikan ibadah hanya kepada Allah saja, tidak menyembah kepada selain-Nya baik itu kepada malaikat yang didekatkan atau kepada nabi yang diutus. Dan itulah tujuan Allah menciptakan kita.

 

Beribadah kepada Allah Berarti Mentauhidkan-Nya

 

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Kata Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah yang dimaksud beribadah kepada-Nya adalah mentauhidkan Allah.

Ibadah itu sendiri ada dua macam:

Pertama: Ibadah kauniyyah yaitu tunduk pada seluruh ketetapan Allah di alam, ini mencakup mukmin dan kafir. Seperti yang disebut dalam ayat,

إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَٰنِ عَبْدًا

Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.” (QS. Maryam: 93)

Kedua: Ibadah syar’iyyah yaitu tunduk kepada syariat Allah. Ini hanya khusus yang mentaati Allah dan mengikuti rasul saja. Seperti yang disebut dalam ayat,

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

Dan hamba-hamba Rabb yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqan: 63)

Ibadah jenis pertama yaitu ibadah kauniyyah tidaklah dipuji karena bukanlah perbuatan manusia sendiri. Namun dapat terpuji ketika seseorang bersyukur saat mendapati kebahagiaan dan bersabar ketika menghadapi musibah. Sedangkan ibadah jenis kedua yaitu ibadah syar’iyyah itulah yang terpuji jika dilakukan.

Semoga Allah beri taufik dan hidayah.

 

Referensi:

Syarh Tsalatsah AlUshul. Cetakan kedua, Tahun 1426 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsurayya.

Diselesaikan di Makkah dan Saudia Airlines, 12 Shafar 1440 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com


Artikel asli: https://rumaysho.com/18875-tsalatsatul-ushul-mentauhidkan-allah-dan-hanifiyah.html